Tips Waktu Yang Tepat Meletakkan Plot
Pernah kepikiran nggak sih kalo kita lagi nonton film kadang-kadang kita merasa jenuh di tengah-tengah, atau mungkin sedikit bosan di awal, atau ending yang kurang nendang? Film-film Hollywood pun tidak bisa lari dari kenyataan bahwa cerita yang dituturkannya kadang-kadang memiliki timing yang kurang pas dan dapat membuat penonton terlepas dari "pengaruh sihir film", kembali ke dunia nyata.
Pernyataan berikut bisa diperdebatkan, namun secara subyektif saya berpendapat bahwa "kecacatan" dalam bercerita semacam ini lebih sering muncul dalam film-film Indonesia kita yang tercinta, di mana para penulis skenarionya tidak memiliki sense of timing dalam menuturkan cerita. Di salah satu menit dalam film kita dibuat beridentifikasi dengan tokoh utama dan masalah yang sedang ia hadapi, dan di menit berikutnya kita diumpani ke permasalahan lain. Di satu titik kita terharu, dan di titik lain kita sudah lupa dengan keharuan itu. Seakan-akan pembuat skenario tidak dapat membuat penonton mencapai titik "puncak" dan begitu menanjak sedikit selalu kembali ke titik nol. Mereka seperti bingung untuk menentukan kapan karakter utama "diserang" dan kapan "bangkit".
Memang tidak ada formula yang pasti untuk membuat penonton larut dalam cerita yang kita buat, tetapi sedikit kedisiplinan dalam memilih-milih waktu yang tepat untuk menaruh plot ini di menit sekian dan plot itu di menit sekian dapat membantu seorang penulis skenario dalam membangun struktur dramatik yang ia ingin penonton rasakan dalam ceritanya. Outline plot berikut sudah sering digunakan oleh para penulis skenario film-film Hollywood untuk menjaga agar penonton tidak merasa bosan ketika menonton film mereka:
Perlu diingatkan bahwa 1 halaman format skenario standar sama dengan durasi 1 menit film. Gabungkan outline ini dengan salah satu situasi dramatik dan anda akan mendapatkan cerita yang biasa dituturkan dalam sinema Hollywood klasik.
Pernyataan berikut bisa diperdebatkan, namun secara subyektif saya berpendapat bahwa "kecacatan" dalam bercerita semacam ini lebih sering muncul dalam film-film Indonesia kita yang tercinta, di mana para penulis skenarionya tidak memiliki sense of timing dalam menuturkan cerita. Di salah satu menit dalam film kita dibuat beridentifikasi dengan tokoh utama dan masalah yang sedang ia hadapi, dan di menit berikutnya kita diumpani ke permasalahan lain. Di satu titik kita terharu, dan di titik lain kita sudah lupa dengan keharuan itu. Seakan-akan pembuat skenario tidak dapat membuat penonton mencapai titik "puncak" dan begitu menanjak sedikit selalu kembali ke titik nol. Mereka seperti bingung untuk menentukan kapan karakter utama "diserang" dan kapan "bangkit".
Memang tidak ada formula yang pasti untuk membuat penonton larut dalam cerita yang kita buat, tetapi sedikit kedisiplinan dalam memilih-milih waktu yang tepat untuk menaruh plot ini di menit sekian dan plot itu di menit sekian dapat membantu seorang penulis skenario dalam membangun struktur dramatik yang ia ingin penonton rasakan dalam ceritanya. Outline plot berikut sudah sering digunakan oleh para penulis skenario film-film Hollywood untuk menjaga agar penonton tidak merasa bosan ketika menonton film mereka:
- Antara Halaman 1-5: Hook, sesuatu yang menarik perhatian kita dan membawa kita masuk ke dalam cerita.
- Halaman 10: Mini Crisis, krisis kecil yang dialami tokoh utama.
- Halaman 17: Dilemma, inti dari film. Masalah dan tujuan tokoh utama terlihat di sini. Kalau tokohnya memiliki tim (olahraga atau perang) maka disinilah tim itu dibuat.
- Halaman 30: Reaction, yaitu reaksi dari tokoh utama terhadap dilema atau situasi yang sedang dihadapi.
- Halaman 45: First Reversal, pembalikan pertama dari dilema (plot pada menit ke-17). Pada titik ini, karakter masuk ke dalam situasi yang lebih rumit.
- Halaman 60: Tent Pole, atau "tenda" dari film. Ini adalah masa "istirahat", di mana karakter yang pasif menjadi aktif dan/atau sebaliknya.
- Halaman 75: Second Reversal, pembalikan kedua dari dilema (plot pada menit ke-17). Poin ini untuk meyakinkan kembali penonton apa sebenarnya inti cerita dari film ini.
- Halaman 90: Low Point, masa-masa di mana karakter utama berada dalam posisi paling rendah dan harus bangkit.
Perlu diingatkan bahwa 1 halaman format skenario standar sama dengan durasi 1 menit film. Gabungkan outline ini dengan salah satu situasi dramatik dan anda akan mendapatkan cerita yang biasa dituturkan dalam sinema Hollywood klasik.
0 comments:
Post a Comment