Contoh Skenario

Gue iseng gali-gali harddisk dan gue nemuin salah satu skenario film pendek gue yang nggak sempet dijadiin film. Walaupun kontennya super duper idealis, tapi sepertinya bisa jadi contoh skenario yang baik buat temen-temen yang mau belajar bikin skenario, karena skenario ini sudah menggunakan format standar skenario seperti yang dijelaskan pada posting-posting gue sebelumnya. Selain itu, di dalamnya juga banyak terdapat elemen-elemen unik untuk menuturkan cerita. Supaya lebih jelas, langsung aja download di sini.

Sekedar info, waktu itu gue bikinnya masih pake Microsoft Word, jadi semuanya masih serba manual. Well, semoga ini bisa membantu. Yang mau komentar atau kasih masukan dipersilakaan. =)

Saya Sudah Punya Skenario Canggih Nih, Ke Mana Saya Harus Jual?

Judul di atas adalah pertanyaan yang sering gue terima di dalam blog ini (walaupun kata "canggih" itu dari gue sendiri sekedar melebih-lebihkan), dan sepertinya jawaban yang jelas sudah ada pada posting sebelumnya. Bisa cek dengan mengklik di sini.

Perlu diketahui bahwa menjual cerita kepada orang yang sama sekali tidak kita kenal itu memiliki kemungkinan yang kecil untuk berhasil. Sulit untuk tampil di antara seribu penulis lainnya yang juga berusaha tampil, bukan? Gue yakin banyak di antara kita yang bisa bikin cerita lebih keren daripada sinetron-sinetron kacangan di layar televisi, tapi karena pembuat skenario kacangan itu sudah dikenal baik oleh produser dan sudah menjadi "langganan" karena ia memiliki faktor "rela membodohi masyarakat", "mau dibayar murah", dan lain-lain, maka ia akan dipanggil lagi dan lagi untuk membuat cerita.

Jadi di situlah titik terangnya. Secara perlahan-lahan kita harus membangun koneksi ke arah yang kita inginkan, dan kita harus membuat diri sendiri dikelilingi oleh orang-orang yang dapat menghargai karya tulis kita. Dengan cara itulah tulisan-tulisan kita dapat dikenal dan dengan sendirinya akan datang pekerjaan "menulis skenario" kepada kita. Jika ada teman yang terobsesi jadi sutradara, rajin-rajinlah bergaul dengannya. Mungkin akan tiba saatnya anda diminta untuk membuat skenario (walaupun dengan honor pas-pasan atau bahkan kurang). Simpan skenario masterpiece anda untuk orang yang tepat. Lakukanlah secara bertahap. Mau naik ke lantai 4 kan harus lewat lantai 1, 2 dan 3 dulu.

Dan pada akhirnya kembali lagi gue harus mengingatkan. Seperti sudah gue pajang gede-gede di disclaimer, bahwa menulis (terutama menulis skenario film dan televisi) itu adalah bisnis yang serius. Jangan dijadiin ajang nyari duit aja dong ach. Kalo cuma nyari duit jadi pedagang juga bisa, kan? Semudah logika beli satu jual dua. Menulis skenario tidak semudah jual mimpi/air mata dapat rating. Cuma mereka yang tak bertanggung jawab yang menyebut hal itu mudah dan kemudian tidur nyenyak di malam hari.

Contoh Basic Story II

Sesuai pesanan, ini basic story saya yang lain yang bisa dijadikan contoh. Ingat, jangan ada informasi yang ditahan untuk anda sendiri. Keluarkan semua yang anda miliki dalam tulisan anda. Semoga bermanfaat.


BASIC STORY “SEPERTI GATOTKACA”

William Bunawan (Willy, 10 tahun) adalah seorang anak kecil yang suka menyendiri dan memiliki kemampuan melihat roh dari benda-benda bertuah jika ia memegangnya. Ia bisa mengetahui apakah sebuah benda itu memiliki “isi” atau tidak melalui indra pendengarannya dan dalam jarak tertentu. Jika ia merasa sebuah benda bersuara aneh atau “berbisik” padanya, ia memilih untuk menjauhkan diri.

Setiap pulang sekolah ia biasa menunggu jemputan di taman dekat sekolah dan selalu memerhatikan pedagang tua yang suka menggelar barang-barang wayang di taman yang suka berdongeng kepada anak-anak yang ingin mendengarkan. Bedanya, Willy mendengarkan dongeng tersebut dari jauh, dari bangku taman tempat ia biasa duduk. Dari sana, Willy banyak belajar tentang makna kepahlawanan.

Entah mengapa, absennya pedagang tua itu pada suatu hari membuat Willy merasa kehilangan. Keberadaannya digantikan oleh petugas Kamtib yang mondar-mandir mengelilingi taman. Willy kembali merasa kesepian setiap kali ia menunggu kedatangan jemputannya. Namun, di hari yang sama ia menemukan sarung anak panah di tempat biasanya pedagang tua itu berada, dan benda itu “berbisik” pada Willy. Willy memilih untuk mengacuhkan benda itu, namun anjing liar yang tiba-tiba datang dan menyalak-nyalak membuat Willy harus mengambil sarung anak panah itu dan membela dirinya. Sang anjing pergi, dan roh Gatotkaca (28 tahun) datang, dengan anak panah tertancap di dadanya. Diawali dengan kecanggungan, Willy dan roh Gatotkaca akhirnya bersahabat.

Di salah satu pertemuannya, Willy bertanya mengapa Gatotkaca berani mengorbankan dirinya untuk sebuah kemenangan. Gatotkaca menyangkal bahwa dirinya adalah pemberani, dan bahwa pada saat itu Gatotkaca memang diharuskan berkorban. Willy kini memiliki keraguan apakah suatu saat ia juga harus mengorbankan dirinya untuk kepentingan orang lain. Namun, secara tiba-tiba, seekor anjing menyalak-nyalak dan mengejar seorang anak perempuan yang berlari sambil menangis. Melihat kejadian ini, Gatotkaca berkata pada Willy, “bukankah kamu ingin tahu rasanya berkorban?”

Anak perempuan itu kini sudah berada di atas pohon dan menangis, dan anjing di bawahnya. Dengan penuh rasa takut Willy mencoba mengusir anjing itu. Usahanya berakhir dengan kegagalan, dan Willy kini dikejar oleh anjing itu keliling taman. Gatotkaca tertawa, dan anak perempuan di atas pohon berhenti menangis.

Dalam pelariannya, Willy memanjat sebuah pohon dan di atasnya ia bertemu dengan anak perempuan itu. Dengan nafas terengah-engah, ia memperkenalkan diri dengan bangga, “Willy. Pahlawan yang rela berkorban, seperti Gatotkaca!” Anak perempuan tertawa, Gatotkaca tersenyum di sebelahnya.