Ciri Khas Fisik/Biologis

Ciri khas fisik yang dimaksud adalah meliputi nama, usia, tinggi, bobot, kekhususan fisik, tongkrongan, gerakan tubuh, ekspresi wajah...
Nama orang juga terkadang bisa menjelaskan etniknya dan mungkin juga menunjukkan asal suku dan tingkat sosialnya. Nama Kris Patikawa segera bisa diketahui oleh hampir semua penonton dari mana daerah asalnya, apalagi Pardjo Legowo. Coba tebak asal daerah Edi Silitonga, Andi Azis, dan Putu Wijaya.

Nama
Nama Sarimin, bagi suku Jawa menunjukkan dia berasal dari keluarga bawah, berbeda dengan nama Joyokusumo. Nama Ahmad, Aisyah, dan sebagainya menunjukkan tokoh itu dari keluarga yang dekat dengan agama Islam. Karakter yang menggunakan nama depan nama Barat, memiliki kecenderungan Kristiani, apalagi jika memiliki nama baptis. Robert Tanumiharja atau Michael Bunawan bisa diduga berasal dari etnik Cina, karena mengadaptasi marga Tan dan Bun.
Maka pemberian nama pada tokoh (fiktif) harus dipertimbangkan untuk bisa memberikan dampak pemahaman dari penonton kepadanya. Nama itu harus mudah diucapkan oleh pemain. Nama yang susah diucapkan membuat tidak begitu jelas keluar dari mulut aktor. Hindari nama-nama pelaku dalam satu film yang hampir bersamaan bunyinya, bisa menimbulkan kerancuan mendengarnya, seperti nama Elin dan Elen, atau ada dua karakter dengan nama Putri dan Fitri.

Usia
Segi usia dalam skenario penting diungkapkan. Supaya si pembaca, entah sutradara entah pemain, bisa membuat penafsiran atas sikap dan cara respons yang sesuai. Karena Ani yang berusia 17 tahun akan berbeda sikap lakunya di hadapan pegawai bapaknya yang keren dibanding dengan Ani yang berusia 30 tahun.
Penentuan usia pemain ini harus didukung juga oleh segala bentuk action si pelaku yang sesuai. Artinya kalau pelaku Fitri ditentukan berusia 35 tahun dan psikisnya normal, maka segala tingkah lakunya haruslah menggambarkan wanita normal lazimnya dalam usia itu. Lain lagi kalau ditetapkan bahwa dia genit, tapi genitnya itu pun harus genit usia 35 tahun. Kalau dia centil seperti anak 17 tahun, orang akan bilang karakter tersebut lemah.

Fisik
Berapa tinggi, bobot, dan kekhususan bentuk fisik pelaku juga penting diterapkan dalam skenario. Tinggi, pendek, kerempeng, bahenol, langsing, semampai, buntek, gempal, akan sangat memengaruhi sikap seseorang. Yang bertubuh buntek biasanya tahu diri, maka kalau dia berlaku genit, maka karakter tersebut memiliki kecacatan, jika tidak membuat jengkel penonton. Pria yang berpotongan tegap atau wanita yang potongan tubuhnya indah, akan nampak lebih percaya diri. Tapi tentu bisa saja yang bertubuh tegap, oleh kelainan psikis, tongkrongannya jadi agak letoy. film Seven Samurai membuat tokoh dengan dimensi tebal dengan membuat tokoh kerempeng namun ahli bertarung.
Penampilan sangat penting untuk dijelaskan, karena tinggi, kurus, pendek, hanya informasi sektoral. Penampilan adalah totalitas yang bisa mewakili kepribadian si tokoh. Bisa saja yang fisiknya kurang, memberikan penampilan simpatik dan mengesankan, sedang yang berparas ganteng dan tubuh atletis, berpenampilan menjengkelkan.

Gerakan Tubuh
Gerakan action pelaku seringkali tidak dicantumkan dalam banyak skenario kita. Hingga berhalaman-halaman skenario isinya hanya dialog, seperti dalam naskah sandiwara. Sebetulnya dalam adegan percakapan harus dicantumkan bagaimana cara dialog diucapkan dan bagaimana respons yang diberikan dalam action. Ketika Nurdin melontarkan ucapan hinaan pada Pardjo, pihak yang dihina ternyata tenang saja, maka penonton akan membuat penafsiran yang penting pada Pardjo. Pertanyaan bisa saja dijawab lawan bicara dengan action, tidak usah dengan dialog lagi. Pemain bisa disuruh bergerak untuk mengambil tempo untuk menjawab, atau menunda menjawab untuk meningkatkan ketegangan.

Ekspresi Wajah
Ekspresi wajah adalah cerminan seluruh kondisi psikis seseorang. Bahakn juga kondisi kesehatannya. Paling tidak perlu dijelaskan apa ekspresinya secara garis besar dan kalau ada yang khas. Seperti ekspresi garang, menakutkan, sejuk, keruh. Bisa juga digabungkan ekspresi wajah dengan kondisi yang bertentangan dengan kejiwaannya. Umpamanya, seseorang diketahui tukang fitnah, tapi wajahnya selalu ditampilkan ramah penuh senyum. Tapi tentu si aktor harus bisa menjelmakan wajah selalu senyum dan penonton tetap mampu menangkap bahwa tokoh yang diperankannya itu tukang fitnah. Sorot mata juga jadi memiliki peran penting. Penulis skenario harus mencantumkan secara baik uraian yang bisa dihidupkan oleh aktor yang memainkan peranan bersangkutan, sehingga penonton bisa memberikan persepsi yang tepat, meski tanpa bantuan dialog.

0 comments:

Post a Comment