Fungsi Dialog
Artikel ini adalah untuk menjawab pertanyaan tamu blog ini yang bernama Yphoel yakni: "jelaskan apa yang dimaksud dengan penyusunan dialog dalam ragam lisan yang wajar dan mendukung karakterisasi pelakunya."
Menurut gue pertanyaan ini menggunakan bahasa yang terlalu pintar buat dicerna otak gue. So let me put it this way. Dialog itu ada tiga fungsi utama.
Pertama adalah untuk menyampaikan informasi (ingat bagaimana Yphoel bercerita tentang saat dimana dia ditabok pacarnya?). Yang kedua adalah dialog
sebagai percakapan keseharian. Adalah aneh jika sohib bertemu sohib tidak berkata, "he fren, pakabar lo?" atau seorang mahasiswa berpapasan dengan dosen
mereka tidak menyapa, "Pak," atau "Mas." Jika mahasiswa tidak menyapa dosen yang baru saja lewat, tentu informasi terhadap karakter dosen ataupun mahasiswa
pun akan berubah. Ini bisa berarti mahasiswa tersebut adalah mahasiswa kurang ajar yang tidak tahu etiket, atau dosen itu adalah dosen kurang ajar yang
tidak pantas dihormati. Bayangkan jika dialognya berbunyi, "Pagi Pak. Biasa?", dan jawabannya, "Eh, iya dong. Gimana sich kamyu. Cape deeh."
Mungkin penjelasan ini cukup untuk menjawab pertanyaan diatas, tapi biar gue terusin dikit lagi.
Fungsi dialog yang ketiga adalah untuk kepentingan dramatisasi. "Apakah anda pelakunya?" dan "Lo pelakunya kan anjing?! Ngaku! Ngaku!". Berbeda kan?
Fungsi dialog yang ini akan menjadi maksimal dengan didukung dengan gestur dan ekspresi figur yang tepat.
Menurut gue pertanyaan ini menggunakan bahasa yang terlalu pintar buat dicerna otak gue. So let me put it this way. Dialog itu ada tiga fungsi utama.
Pertama adalah untuk menyampaikan informasi (ingat bagaimana Yphoel bercerita tentang saat dimana dia ditabok pacarnya?). Yang kedua adalah dialog
sebagai percakapan keseharian. Adalah aneh jika sohib bertemu sohib tidak berkata, "he fren, pakabar lo?" atau seorang mahasiswa berpapasan dengan dosen
mereka tidak menyapa, "Pak," atau "Mas." Jika mahasiswa tidak menyapa dosen yang baru saja lewat, tentu informasi terhadap karakter dosen ataupun mahasiswa
pun akan berubah. Ini bisa berarti mahasiswa tersebut adalah mahasiswa kurang ajar yang tidak tahu etiket, atau dosen itu adalah dosen kurang ajar yang
tidak pantas dihormati. Bayangkan jika dialognya berbunyi, "Pagi Pak. Biasa?", dan jawabannya, "Eh, iya dong. Gimana sich kamyu. Cape deeh."
Mungkin penjelasan ini cukup untuk menjawab pertanyaan diatas, tapi biar gue terusin dikit lagi.
Fungsi dialog yang ketiga adalah untuk kepentingan dramatisasi. "Apakah anda pelakunya?" dan "Lo pelakunya kan anjing?! Ngaku! Ngaku!". Berbeda kan?
Fungsi dialog yang ini akan menjadi maksimal dengan didukung dengan gestur dan ekspresi figur yang tepat.
bang gue kalo mau konsultasi gimana caranya?
ReplyDelete