Saya Sudah Punya Skenario Canggih Nih, Ke Mana Saya Harus Jual?

Judul di atas adalah pertanyaan yang sering gue terima di dalam blog ini (walaupun kata "canggih" itu dari gue sendiri sekedar melebih-lebihkan), dan sepertinya jawaban yang jelas sudah ada pada posting sebelumnya. Bisa cek dengan mengklik di sini.

Perlu diketahui bahwa menjual cerita kepada orang yang sama sekali tidak kita kenal itu memiliki kemungkinan yang kecil untuk berhasil. Sulit untuk tampil di antara seribu penulis lainnya yang juga berusaha tampil, bukan? Gue yakin banyak di antara kita yang bisa bikin cerita lebih keren daripada sinetron-sinetron kacangan di layar televisi, tapi karena pembuat skenario kacangan itu sudah dikenal baik oleh produser dan sudah menjadi "langganan" karena ia memiliki faktor "rela membodohi masyarakat", "mau dibayar murah", dan lain-lain, maka ia akan dipanggil lagi dan lagi untuk membuat cerita.

Jadi di situlah titik terangnya. Secara perlahan-lahan kita harus membangun koneksi ke arah yang kita inginkan, dan kita harus membuat diri sendiri dikelilingi oleh orang-orang yang dapat menghargai karya tulis kita. Dengan cara itulah tulisan-tulisan kita dapat dikenal dan dengan sendirinya akan datang pekerjaan "menulis skenario" kepada kita. Jika ada teman yang terobsesi jadi sutradara, rajin-rajinlah bergaul dengannya. Mungkin akan tiba saatnya anda diminta untuk membuat skenario (walaupun dengan honor pas-pasan atau bahkan kurang). Simpan skenario masterpiece anda untuk orang yang tepat. Lakukanlah secara bertahap. Mau naik ke lantai 4 kan harus lewat lantai 1, 2 dan 3 dulu.

Dan pada akhirnya kembali lagi gue harus mengingatkan. Seperti sudah gue pajang gede-gede di disclaimer, bahwa menulis (terutama menulis skenario film dan televisi) itu adalah bisnis yang serius. Jangan dijadiin ajang nyari duit aja dong ach. Kalo cuma nyari duit jadi pedagang juga bisa, kan? Semudah logika beli satu jual dua. Menulis skenario tidak semudah jual mimpi/air mata dapat rating. Cuma mereka yang tak bertanggung jawab yang menyebut hal itu mudah dan kemudian tidur nyenyak di malam hari.

15 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Sebenarnya bukan mau dihapus, tapi kepanjangan aja jadi pengen diedit. Intinya, kadang anggota penulis skrip juga terpaksa banget nurutin kemauan PH, jadi bikin cerita ancur2an. Sekalinya sok idealis, malah kaya saya sekarang, nganggur.... Huhuhu

    ReplyDelete
  3. Turut berduka cita atas bertambahnya pengangguran di Indonesia. Jika ingin melihat dari segi positif, masih ada Production House di Indonesia yang memperhatikan konten dan cerita dari karya yang hendak mereka buat, karena mereka mengerti bahwa film atau sinetron itu memiliki pengaruh yang besar terhadap masyarakat. Masih ada orang-orang di belakang layar yang peduli terhadap karyanya, peduli terhadap penontonnya. Mungkin tempat anda sebenarnya di sana.

    Saya lebih memilih menjadi "penulis sok idealis" seperti istilah anda, ketimbang menjadi "penulis butuh uang" yang selalu menulis apa yang tidak ingin ia tulis. Apalagi efek sampingnya begitu buruk untuk masyarakat.

    Jalan alternatif menuju Roma masih ada untuk dipilih, teman. Jangan menyerah. =)

    ReplyDelete
  4. Belum mudeng cara nulis skenario yang baik.
    masih proses belajar

    ReplyDelete
    Replies
    1. klik link ini cara buat screenplay yg solid http://tintascreenplay.com/?id=edwin sofyan

      Delete
    2. http://tintascreenplay.com/?id=edwin%20sofyan

      Delete
  5. Saya memiliki beberapa skenario film, ada beberapa teman yang bekerja di PH yang berbeda menawarkan Skenario yang saya tulis untuk dibuat "film televisi". Setelah saya perlihatkan synopsisnya kepada beberapa orang(yang saya percaya penilaiannya) "sangat sayang jika cerita itu hanya buat televisi, cerita ini bagusnya untuk layar lebar" begitu kata mereka. Akhirnya saya perlihatkan skenario yang lainnya dan mereka menjawab dengan jawaban yang sama. Akhirnya saya tanyakan kepada kawan saya yang bekerja di PH itu, dia bilang "iya sih sebenarnya sayang cerita ini jika bukan untuk layar lebar". Nah loh, saya bingung jadinya... :(

    Akhirnya sampai sekarang (setelah hampir 3 tahun) skenario itu masih tersimpan didalam hard drive komputer bersama skenario-skenario lainnya yang semakin hari semakin banyak dan tanpa satupun arah tujuan :(

    ReplyDelete
  6. setuju banget, sudah saatnya penulis-penulis kacangan yg cuman nurut ama produser-produser pedagang di binaskan. Perubahan film Indonesia musti datang sekarang juga dan perubahan sinema di mulai dengan tinta.

    tintascreenplay.com

    ReplyDelete
  7. mampir ke blog ane http://skenarioperjuangancinta.blogspot.com

    ReplyDelete
  8. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  9. saya punyak cerita.... bukan kehidupan saya sih, tapi aku coba gabungkan antara film barat dan film indonesia dan hasilnya bagus masalahnya saya susah untuk mengawalinya untuk bikin scenario, tapi jangan kuatir smua tersimpan rapi di otakku.... gimn caranya agar bakat saya bisa menjadi film.....

    ReplyDelete
  10. yah itula indonesia ngk ngk mau repot dan ngk bisa menghargai karya yang sesungguhnya ..

    ReplyDelete
  11. semua ide datang dari mana gak penting( bukan jiplakan), dan pasti oke hasilnya kalau kita bisa menuangkannya menjadi sekenario yang dapat di baca siapa saja, bukan hanya sutradara/produser, intinya koneksi... semua akan berjalan... ayo belajar dan berusaha untuk belajar belajar... semangat ...!

    ReplyDelete
  12. Saya memiliki naskah cerita horor, yang sedang dalam proses diterbitkannya kedalam buku. Bagi yang ingin mengangkat naskah tersebut kedalam film, sinopsis dan infonya dapat dilihat di alamat :
    http://sitealone.blogspot.com/2015/01/naskah-cerita-bayangan-di-pasir-sunyi.html

    ReplyDelete